Tarbawi Edisi 255


Dirosat (Kajian Utama)

Belajar Syukurdari Bayi-bayi Prematur

" Disana ada anak-anak yang berjuang menatap hidup, orang tua mereka berjibaku membantu. Tapi mengapa ada banyak pemuda seolah tak menghargai hidup ? Mereka gegabah dan tak punya perhitungan." (Syaikh Fahd bin Hasan Al Ghurab hafizhahullah)

Bayi-bayi prematur itu terlihat mandiri. Mereka berjuang semdirian di sana. Ketika lahir sebagian besar mereka belum merasakan dekapan hangat ibunya. Mereka belum merasakan kecupan sang ayah. Sejak menghirup nafas didunia, mereka langsung dibawa keruang steril untuk meminimalisir infeksi yang terjadi karena kuman diluar.

Kalau bayi normal menangis saat lahir, mereka sebagiannya tidak. Daya tahan tubuh mereka masih kurang. Organ-organ dari kepala hingga kaki belum sepenuhnya terbentuk sempurna. Karenanya terlambat memberikan pertolongan kepada mereka bisa berakibat fatal. Maka seorang ibu yang memiliki bayi prematur berkata, "walaupun saya kangen dan ingin mndekapnya saat baru lahir, tapi saya ingin yang terbaik untuk anak saya".

  • Ari Bahagia Sekaligus Gelisah
  • Lahir Prematur, Azka Lebih Mandiri
  • Walau Divonis Buta, Yazid Tumbuh Normal
  • Saya Ikhlaskan Azlan Pergi
  • Jika Vonis Prematur Datang
  • Merawat BayiPrematur, Dari Metode Kanguru Sampai Software Pendukung
  • Al Qur'an Bicara Tentang Nyawa


Liqoat

Dr. Nurul Taufiqu Rochman,M.Eng Ketua Masyarakat Nano Indonesia (MNI)

Banyak kalangan meramalkan, beberapa tahun kedepan, akan terjadi revolusi industri kelima yang berdampak luar biasa sebagaimana empat revolusi industri yang terjadi dua abad silam. Revolusi ini disinyalir akan segera tercetus dari rahim nanotekhnologi yang baru solid terbentuk pada awal milenium kedua.

Membincangkan Nanotekhnologi di Indonesia, pasti tak akan lepas dari sosok Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.eng (42). Dialah yang merintis berdirinya Masyarakat Nano Indonesia (MNI) pada tahun 2005. Tarbawi berkesempatan berbincang dengan peraih Habibie Award ini di kantor Pusat LIPI, Jl Gatot Soebroto Jakarta.

Wijhat

Jika Kita Adalah Media

Jika kita adalah media, maka potensi keberdayaan itu berarti tanggung jawab, karena tak ada informasi yang bebas nilai. Tanggung jawab ini akan membawa kita pada pertanyaan penting, kita ingin menjadi media seperti apa ? Media penghibur, media informasi, media gado-gado, atau bahkan media tanpa identitas ? Apapun itu, adalah pilihan kita, karena makna tanggung jawab adalah cermin dan nilai yang kita yakini.

DZIKROYAT

Ciptono (47), Pencari Bakat Anak-anak Berkebutuhan Khusus

JAULAT

Semangat Kemandirian dari Masjid Jogokaryan

Singgahlah sejenak di Masjid Jogokaryan, dan lihatlah pemandangan yang berbeda. Bahkan saat subuh, masjid dipenuhi jamaah. Tak hanya ramai, masjid ini juga mengajarkan kemandirian dan persatuan.

Kearifan Komunitas

Bersaudara Karena Kesamaan Nama

Mereka Semua bernama Sugeng. Tak ada ikatan darah, tetapi mereka bertaut lewat "Paguyuban Sugeng", mereka membangun solidaritas.

Khazanah

5 negara Tujuan Wisata Halal

Nasyath

Saat Para Seniman Berkarya Untuk Palestina

Ruhaniyat

Kemuliaan yang Tidak Fana

Hampir Setiap Orang ingin agar dirinya sepanjang hidup menjadi orang yang di hormati, dimuliakan, di hargai. Bahkan tidak sedikit yang ingin agar kehormatan, kemuliaan dan penghargaan itu tidak berakhir hanya di batas usianya berakhir. Melainkan juga diwarisi oleh keturunannya setelah dirinya tidak ada. Karena keinginan itu, umumnya orang berusaha mencari sarana apa yang bisa menjadikan kemuliaan itu langgeng dan terus menerus untuk diri dan keturunannya.



Pemesanan, Berlangganan dan info keagenan, hubungi Bu Tri – 081391004706

0 komentar:

Posting Komentar

Terlaris Pekan Ini

 

Copyright © 2010 Majalah Tarbawi All Rights Reserved

Design by Dzignine

Maintenance by Indra