Tarbawi Edisi 241

Tarbawi Edisi 241- Th.12, Terbit 2 Desember 2010

 

Dirosat (Kajian Utama)

Berubah adalah hal yang alamiah dalam hidup ini. Kecil menjadi besar. Muda menjadi tua. Anak-anak menjadi dewasa. Hidup menjadi mati. Perubahan itu tak dapat ditolak. Tak dapat dihentikan. Suka tidak suka, kita pasti berubah. Karena kita dikendalikan oleh waktu. Akan tetapi, perubahan seperti itu hanya sekadar perubahan siklus yang tak membawa nilai dan makna, kecuali sangat sedikit. Sebagai manusia, yang hidupnya harus selalu memberi makna, maka kita perlu menciptakan perubahan yang lain, di luar siklus alamiah itu; menjadi lebih baik, menjadi lebih dewasa, sukses, berprestasi, memberi manfaat yang besar bagi banyak orang, menorehkan sejarah-sejarah kepahlawanan yang mengabdi.
Dzikroyat (Kenangan)
Dr. Basuki Agus Surono (40), Doktor Komunikasi, Mantan Loper Koran
Dr. Basuki Agus Surono melewati jalan yang panjang untuk menjadi doktor dalam ilmu komunikasi. Masa kecil yang suram, ditinggal ayah saat kelas 5 SD, harus berjualan plastik di pasar sekadar untuk beli tempe dan minyak goreng. Mimpi menjadi sarjana membuatnya harus bekerja keras, termasuk melewati hari-hari sebagai tukang koran di kereta Sragen-Klaten. Toh, di ujungnya, Dr Basuki sadar, pintu kembali itu adalah religiusitas. “Inilah yang membawa kita pada ketenangan,” ujar dia.
UFUQIYAT
Tanah dan Manusia dalam Peta Kesadaran Kemusliman Kita
Pada mulanya di luar kehendak kita. Menjadi penduduk bumi adalah kehendak Allah yang terberikan (given). Bertanah air apa, berbangsa apa, sama seperti bersuku apa atau berorang tua siapa, kita mendapatinya seperti itu. Begitu saja pada awalnya. Kita lahir dan hal-hal itu sudah melekat dan tertanam (embedded) dalam diri kita. Ini bukan ungkapan penyesalan. Tapi sikap tahu diri, bahwa ada wilayah di mana kita tidak punya pilihan sekaligus tidak punya peran. Bahwa kalau lah bukan karena kehendak Allah, kita tidak hadir ke bumi ini. Kalau bukan karena kebaikan Allah, kita tidak akan berbentuk apa-apa dan tidak akan menjadi siapa-siapa.
GALERI EKONOMI
LUMINTU, Tak ada Pandan, Limbahpun jadi.
Kerinduan para lansia untuk menganyam terpenuhi. Memang tak ada lagi pandan, tapi ada sampah yang bisa didaur ulang. Jadilah produk-produk unik berbahan aluminium foil bekas.

WIJHAT

Kemudahan yang Menyulitkan
Keterhubungan yang luas memberikan kita banyak pilihan. Kita semakin bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Mungkin dulu kita pernah membangun komunikasi yang intens dengan seseorang, kemudian karena suatu sebab menjadi terputus, dan internet kembali menyambungkannya. Ada kesempatan di depan mata kita. Pilihannya, muara mana yang hendak kita tuju.

Mu’jizat Al Qur’an

Percikan Air Yang Menenangkan Jiwa.
Alamiyat
Kampanye  “Jalinan Cinta”  versi  Hamas
Berada dalam sebuah penjara besar, akibat blokade Israel, kondisi rakyat Gaza memang memprihatinkan. Namun,  ragam inovasi dilakukan oleh masyarakat didukung oleh pemerintahan Hamas di Gaza. Salah satunya, mereka baru saja menggerakkan kampanye  “Jalinan Cinta”, atau mawaddah wa tawaashul, dalam bahasa Arab. Aksi ini tak hanya melingkupi Gaza saja sebenarnya, tapi juga mencoba masuk ke wilayah Tepi Barat yang dikuasai oleh Gerakan Fatah pimpinan Mahmud Abbas.
RUHANIYAT
Hanya Karena Kehendak Allah …
Saudaraku,
 Salah satu bagian inti dari ketauhidan pada Allah adalah mengakui bahwa semua yang terjadi di alam ini, adalah mutlak kehendak Allah swt. Tidak ada yang terlepas dari kuasa-Nya

THUMUHAT

EFEK RUANG DAN WAKTU
Manusia hidup dalam ruang bumi dan waktu sejarah. Bumi dan sejarah adalah panggung kehidupan manusia. Dalam kerangka interaksi antara ketiga unsur itulah – bumi, sejarah dan manusia – teks diturunkan. Jika bumi terus berputar, sejarah terus naik dan turun, manusia terus berubah, maka mengertilah kita dalam situasi seperti apakah teks itu bekerja.Setiap peristiwa kehidupan bukanlah serpihan yang tidak saling berhubungan.

JAULAT (Catatan Perjalanan)

Jejak Kepanikan Warga Saat Merapi Meletus
Pariman menyaksikan betapa cepatnya awan panas menyapu dusunnya. Ia dan sebagian besar warganya berlarian menuju tempat yang aman. Separuh lebih menggunakan sepeda motor. “Pada waktu itu, di Kinahrejo tidak ada mobil sama sekali untuk evakuasi. Padahal hari-hari sebelumnya ada banyak mobil dan truk yang disiapkan untuk evakuasi,” ungkap Pariman ketika ditemui Tarbawi sedang membantu dapur umum di Pengungsian. Air mata tak terbendung lagi. Pariman sempat menangis, meskipun sesaat kemudian ia menyeka air matanya.

LIQOAT

Imelda (33), Peneliti Bahasa
Melacak Kepunahan Bahasa Daerah
Tak bisa dipungkiri, Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah. Setidaknya, tercatat 726 bahasa daerah di negeri ini. Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki bahasa daerah di dunia setelah Papua Nugini. Namun beberapa di antaranya menunjukkan gejala kepunahan, bahkan ada yang sungguh-sungguh punah, terutama karena sedikitnya penutur.

0 komentar:

Posting Komentar

Terlaris Pekan Ini

 

Copyright © 2010 Majalah Tarbawi All Rights Reserved

Design by Dzignine

Maintenance by Indra