Tarbawi Edisi 281


Dirosat l Kajian Utama

Memperbaiki Rasa Bersalah Kita Soal Harta


"Tidak ada kebaikan pada diri orang yang tidak mau mencari harta yang halal ; dengannya ia menjaga muka (kehormatan)nya dari manusia, menyambung kekerabatan, dan mengeluarkan haknya." (Said bin Musayyab radhiyallahu anhu)

Harta adalah tulang punggung kehidupan kita. Dengan itu pula Al Qur'an menyebut bagaimana sesungguhnya keberadaan harta bagi diri kita. Dengan harta kita menjalani hidup, dan dengan itu pula kita menjalankan berbagai perintah dalam agama kita.

Tetapi seringkali disana pula masalah besar yang kita hadapi. Dalam pengertian yang lain, disanalah seringkali kita tersandera oleh kesalahan-kesalahan besar. Bukan harta itu sendiri masalahnya. Tapi kita dan cara kita memahaminya.

Di satu sisi kita diberi naluri untuk menyukai harta, berhasrat dan menikmatinya. Tetapi disisi lain, kita juga diberi ancaman, bila kita salah dalam menyalurkan naluri kita kepada harta. Sebab jebakan kita ada pada naluri kita sendiri. Mengelola diri dan sekaligus menjaga diri dari jebakannya, adalah seni hidup yang rumit.

Kita bisa dengan keras memprotes orang lain dengan alasan ketidak pedulian, padahal boleh jadi yang sesungguhnya, adalah kita tidak pernah tahu seberapa kebajikan telah dibagi orang tersebut. Lantaran putaran hartanya yang tidak kita ketahui, sangat jauh lebih besar dari yang tampak banyak oleh mata kita.

Berbagai Rasa Bersalah Kita Soal Harta
  • Memandangnya Sebagai Penghalang Kebaikan
  • Enggan Bergerak Mencarinya
  • Kesenjangan Antara Keharusan Berbagi dan Beribadah dan Minimnya Kepemilikan
  • Mempersempit Apa yang Telah Diluaskan Allah
  • Membiarkan Orang Lain Mengambil Hak yang Diberikan Allah kepada Kita.
Harta di Antara Bermacam Keyakinan

Menjaga Persahabat Harta

  • Bersahabat dengan Menjaga Kebersihan Diri
  • Bersahabat dengan Meminjamkannya kepada Allah
  • Bersahabat dengan Apa yang Ada
  • Mengusahakannya Sendiri, Bukan Berharap dari Orang Lain
  • Mencarinya Lewat Jalan yang Benar

Liqoat l Tatap Muka

Antara Islam, Bisnis, dan Indonesia

Ir.H.Heppy Trenggono,M.Kom Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF)

Sebagai pengusaha, Heppy Trenggono telah mengalami jatuh bangun dalam bisnis. Dia pernah terlilit hutang lebih dari 60 miliar rupiah, hingga barang-barang pribadinya terjual. Tapi, dalam kurun waktu tiga tahun, pendiri dan CEO Balimuda Group ini mampu bangkit. Pengalaman terpuruk membawa hikmah tersendiri bagi bapak empat orang anak ini. Dia membangun kembali persepsinya tentang bisnis dan kehidupan. "Pengusaha tak bisa lepas dari tanggung jawab kebangsaan" kata beliau, Karena itulah, dia memimpin Gerakan Beli Indonesia, sebuah ajakan untuk membeli dan membela produk Indonesia.

Wijhat l Perspektif

Sepi dalam Ramai

Melalui komunikasi, orang saling terhubung. Melalui komunikasi, orang tak lagi sendiri. Tetapi berhubung tak serta merta menghapus kesepian dalam hidup manusia. Bahkan, ketika manusia terkoneksi melampaui batas ruang dan waktu melalui perangkat tekhnologi, satu kekhawatiran besar yang selalu muncul adalah meningkatnya keterasingan sosial.

Kearifan Komunitas

Pagi Berbagi, Semangat Kebajikan di Awal Hari

Peluang amal selalu terbuka lebar. Bahkan sejak bangun tidur, betapa banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.

Jaulat l Catatan Perjalanan

Jejak Nasionalisme yang Berserak , Congress of Indonesian Diaspora, Los Angeles, USA

Dzikroyat l Kenangan

Andi Taufan Garuda Putra, Pendiri Amartha Microfinance

Harapannya, Satu Juta Orang Dapat Akses Pinjaman

Ufuqiyat l Cakrawala

Duka Etnis Rohingnya : "Jangankan bermimpi tentang masa depan, memikirkan hari esok saja kami tak berani"

Siang hari di awal Agustus 2012 itu Tokyo begitu terik. Apalagi di lantai 4 bangunan bertingkat di dekat stasiun KA Shin Okubo itu menempati area yang kecil saja. Tak ada AC, hanya kipas angin yang berkapasitas kecil. Di lantai duanya ada toko kelontong dan makanan yang menjual produk-produk halal. Banyak Muslim berwajah burma dan Asia Selatan lalu lalang keluar masuk masjid dan toko tersebut.

Mukjizat

Luar Biasanya Puasa 2


Ruhaniyat l Nasehat Ruhani

Kematian Sebagai HadiahTautan

Mengapa orang umumnya tak suka kematian ? Sangat banyak alasannya. Bisa khawatir karena membayangkan kesulitan yang ditemui setelah kematian. Bisa karena merasa terlalu banyak lalai selama menjalani hidup. Dan yang tak kalah pahitnya adalah keharusan berpisah dengan orang-orang yang dicinta. Itulah sebabnya, kematian menjadi begitu luar biasa.


Untuk Belangganan Klik di sini , Pemesanan klik di sini




0 komentar:

Posting Komentar

Terlaris Pekan Ini

 

Copyright © 2010 Majalah Tarbawi All Rights Reserved

Design by Dzignine

Maintenance by Indra